Berita

Transisi Energi hingga Krisis Iklim dalam Peta Isu Krusial Pilkada Sulteng 2024

111
×

Transisi Energi hingga Krisis Iklim dalam Peta Isu Krusial Pilkada Sulteng 2024

Sebarkan artikel ini
Transisi Energi dalam peta krusial Pilkada SUlteng 2024
Peluncuran laporan survei persepsi KoL oleh Indonesia CERAH dan PolGov UGM di Hotel Aston Palu & Conference Center, Rabu (25/9/2024). (Foto Ist)

PALU – Survei Indonesia CERAH dan PolGov UGM mengungkapkan krisis iklim dan transisi energi sebagai isu penting dalam Pilkada Sulawesi Tengah (Sulteng) 2024. Dua isu lainnya yakni energi terbarukan dan mineral kritis. Kandidat yang mengusung solusi untuk isu ini berpotensi menarik perhatian publik.

Menjelang Pilkada Sulteng, Research Centre for Politics and Government (PolGov) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Indonesia CERAH melakukan survei terhadap pemuka opini kunci atau key opinion leaders (KoL) di empat kabupaten strategis, yaitu Kota Palu, Kabupaten Sigi, Morowali, dan Morowali Utara, serta tingkat Provinsi Suteng.

Survei ini fokus pada daerah dengan potensi bencana tinggi dan wilayah ekstraksi nikel. Memberikan gambaran representatif tentang persepsi publik terkait isu transisi energi, energi terbarukan, krisis iklim, dan mineral kritis (nikel).

Survei KoL merujuk pada aktor-aktor yang memiliki pengaruh dalam mengarusutamakan suatu isu serta mengubah pandangan dan preferensi publik karena posisi dan kapasitas mereka sebagai tokoh publik. Kegiatan itu berlangsung secara paralel di empat daerah tersebut mulai dari tanggal 7-16 Juli 2024.

Empat Isu Krusial

Hasrul Hanif, Peneliti Utama PolGov UGM, mengatakan temuan utama survei KoL ini adalah publik Sulteng menjadikan masalah kemiskinan dan kesejahteraan menjadi isu yang paling sering dibicarakan sehari-hari di Sulteng. Urutan berikutnya adalah bencana alam dan lapangan kerja.

“Namun, krisis iklim kini mencuat sebagai isu paling mendesak yang menjadi perhatian publik menjelang Pilkada Sulteng 2024. Berdasarkan data, sebanyak 98% masyarakat telah terpapar isu krisis iklim. Isu ini menjadi paling dikenal dibandingkan dengan transisi energi, energi terbarukan, dan mineral kritis,” katanya.

Baca jugaDukung Target Emisi Nasional, PT Vale Tunjukkan Komitmen Inovasi dan Transisi Energi di ICCEF 2024

Hasrul menambahkan, peran media sosial dalam menyebarkan informasi terkait isu-isu ini sangat signifikan. Di Sulteng, media sosial menjadi sarana utama yang memperkenalkan masyarakat pada krisis iklim, transisi energi, dan energi terbarukan. Baik lembaga pemerintah, partai politik, organisasi masyarakat sipil, hingga sektor bisnis di wilayah ini sudah bersentuhan langsung dengan isu-isu tersebut dalam aktivitas keseharian mereka.

“Mayoritas publik menilai bahwa Provinsi Sulteng telah siap melaksanakan agenda transisi energi, memanfaatkan energi terbarukan, dan mengelola mineral kritis. Namun, kesiapan ini sangat bergantung pada tata kelola yang memperhatikan dampak lingkungan dan sosial secara lebih mendalam,” tuturnya.

Peran Kandidat Pilkada Sulteng dalam Isu Krisis Iklim

Temuan lainnya, lanjut Hasrul, tanggung jawab mendorong isu-isu strategis ini tidak hanya berada di tangan pemerintah. Mereka mengharapkan masyarakat Sulteng turut aktif berperan dalam mendorong pembicaraan terkait transisi energi dan pengelolaan mineral kritis.  Ada optimisme bahwa pendekatan ini dapat memberikan dampak positif, asalkan upaya tersebut mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan.

“Menjelang Pilkada 2024, publik Sulteng menempatkan krisis iklim sebagai isu paling penting untuk dibahas. Pada saat yang sama kandidat yang mampu membawa keempat isu seperti transisi energi, krisis iklim, energi terbarukan hingga isu mineral kritis dalam kampanye mereka berpotensi mendapatkan simpati yang lebih besar dari pemilih. Selain itu, agenda krisis iklim dinilai memiliki peluang lebih besar untuk direalisasikan mengingat adanya dukungan skema pendanaan internasional,” jelas Hasrul.

Baca jugaAhmad Ali Lindungi Tukang Bangunan dan Buruh Melalui BPJS Ketenagakerjaan

Di sisi lain, banyak pihak menganggap isu mineral kritis memiliki tantangan terbesar untuk diangkat dalam Pilkada Sulteng 2024. Dua faktor utama yang menjadi hambatan adalah kebijakan yang masih bersifat sentralistik dan tingginya potensi konflik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya mineral ini.

Menurut Hasrul, strategi paling efektif untuk mendorong pembahasan transisi energi, energi terbarukan, krisis iklim, dan mineral kritis dalam Pilkada Sulteng 2024 adalah memasukkan isu-isu tersebut ke dalam materi debat Pilkada.

“Dengan begitu, para calon pemimpin dapat menunjukkan komitmen nyata mereka dalam mengatasi tantangan global dan lokal yang dihadapi Sulteng,” tegasnya.

RUED dan Kebijakan Energi Sulteng

Agung Budiono, Direktur Eksekutif Indonesia Cerah mengungkap alasan mereka memilih Sulteng sebagai lokasi kajian. Menurutnya, provinsi ini mewakili paradoks daerah yang kaya sumber daya alam namun mengalami peningkatan kemiskinan seiring dengan meningkatnya aktivitas ekstraksi.

“Wilayah ini kaya akan mineral kritis dan sumber energi terbarukan, tetapi juga rentan terhadap bencana alam. Menciptakan tantangan unik dalam perumusan kebijakan pembangunan yang harus mempertimbangkan baik aktivitas ekstraksi maupun mitigasi bencana,” tuturnya.

Selain itu, lanjut Agung, Sulteng juga menjadi fokus kajian karena telah menetapkan kebijakan strategis dalam tata kelola energi daerah melalui Peraturan Daerah No. 10 tahun 2019 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED) untuk periode 2019-2050.

RUED ini menjadi tonggak penting dalam mengamati dinamika kebijakan terkait transisi energi, pengembangan energi terbarukan, penanganan krisis iklim, serta pengelolaan mineral kritis di provinsi tersebut, menjadikannya “laboratorium” yang ideal untuk studi tentang kebijakan energi dan pembangunan berkelanjutan.

“Jelang Pilkada 2024, isu krisis iklim menjadi perhatian utama masyarakat Sulawesi Tengah. Para kandidat yang berani mengangkat isu ini dan menawarkan solusi konkret berpeluang besar meraih dukungan luas. Di sisi lain, mineral kritis seperti nikel memiliki peran vital dalam perekonomian Suteng. Namun perlu dukungan kebijakan yang inklusif, transparan, dan berorientasi pada dampak sosial serta lingkungan. Agar seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya, para Calon Gubernur dan Wakil Gubernur perlu mengawalnya dengan baik,” kata Agung.

Baca jugaPara Imam Masjid di Poso Kagum dengan Kebaikan Ahmad Ali dan Medoakannya Jadi Gubernur Sulteng

Abdul Haris Kepala Departemen Advokasi dan Pendidikan Publik dari TuK Indonesia “Survei ini menunjukan suara-suara dari lapisan masyarakat belum melihat aksi nyata yang optimal dari pemerintah Sulteng untuk melaksanakan isu-isu tersebut. Kita perlu optimis melihat masyarakat Sulteng yang kuat, mau berperan aktif dan terbuka untuk kolaborasi dalam mendorong aksi nyata dan implementasi pada transisi energi, perubahan iklim hingga tata kelola mineral kritis yang baik,” jelasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *