POSO – Pendeta dan tokoh gereja di Kabupaten Poso Rinaldy Damanik mengungkap siapa sosok Ahmad Ali yang sebenarnya. Ahmad Ali disebut tidak lepas dari sejarah panjang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Rinaldy Damanik adalah salah satu deklarator perdamaian Poso (Deklarasi Malino) yang digelar pada 20 Desember 2001 silam. Deklarasi Malino merupakan perjanjian damai antara masyarakat Kristen dan Islam yang terlibat konflik Poso saat itu.
Di balik proses panjang upaya perdamaian konflik Poso ternyata ada sosok yang sangat berpengaruh, menurut pria yang lebih dikenal dengan nama Pendeta Damanik itu. Dia adalah Ahmad Ali, pria kelahiran Desa Wosu, Kecamatan Bungku Barat, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
“Ketika ada proses (deklarasi) Malino itu kita hormati. Bagaimana negara memfasilitasi (upaya perdamaian), tetapi sebenarnya itu tidak menyelesaikan semuanya,” ungkap Damanik mengingat kembali upaya perdamaian saat itu, Kamis (18/7/2024).
“(Perjanjian) Itu hanya menghentikan konflik antar kelompok, tapi masih ada kekerasan-kekerasan dan selanjutnya. Di situlah saya melihat peran dari Ahmad Ali,” ujarnya.
Ahmad Ali adalah orang yang berperan mempertemukan tokoh sentral Kristen di Poso, Rinaldy Damanik dengan tokoh Islam paling berpengaruh di Poso Ustaz Adnan Arsal.
Kemudian Ahmad Ali mempertemukan perwakilan masing-masing kelompok secara berjenjang dari beberapa orang, belasan, puluhan hingga ratusan orang yang kemudian membentuk aliansi kemanusiaan.
“Beliau mempertemukan kami, mulai dengan saya dipertemukan dengan Ustaz Adnan. Itu usaha dia, tidak ada usaha dari negara ini, itu mutlak pribadi dia menghubungi beberapa teman-teman saya untuk bisa berkomunikasi dengan Ustaz Adnan. Mula-mula bertemu hanya berdua difasilitasi oleh pak Ahmad Ali di Jakarta di satu ruangan, dia biarkan kami di situ, bijak dan luar biasa,” terang Pendeta Damanik.
Dia menilai, Ahmad Ali adalah sosok yang sangat toleransi. Tidak membedakan golongan dalam memilih pertemanan.
Bahkan, Rinaldi Damanik mengaku diperlakukan bagai keluarga oleh sosok yang telah jadi politisi nasional itu.
“Termasuk bagaimana beliau memperkenalkan dengan orang tuanya di Wosu, dibawa kita ke sana diperkenalkan gitu, dengan ibu Nilam istri dan juga anak-anak beliau. Jadi tidak hanya hubungan personal dua orang begitu, tapi lebih luas lagi dengan keluarga. Saya juga melihat bagaimana dia memperhatikan istri saya, anak saya,” katanya.
Tidak cuma itu, Damanik juga mengagumi Ahmad Ali yang ternyata tidak hanya akrab kepada orang-orang tertentu. Dia bahkan berulang kali berterima kasih kepada Ahmad Ali yang banyak membantu anak-anak dari Kabupaten Poso untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Dengan melihat sosok Ahmad Ali yang seperti itu, Damanik pun menjadikan Ahmad Ali sebagai salah satu tokoh yang paling sering diajaknya berdiskusi tentang banyak hal.
Ketika Ahmad Ali sedang berada di Kabupaten Poso, mereka selalu meluangkan waktu untuk bertemu, membicarakan banyak hal, termasuk bagaimana menyelesaikan persoalan di negeri ini.
“Hal-hal yang lebih luas lagi yang lebih penting adalah bahwa juga tentang kepentingan masyarakat. Ya kita juga banyak berdiskusi tentang berbagai persoalan di negara ini, di daerah ini. Jadi tidak hanya soal kepentingan pribadi tapi lebih kepada soal kepentingan umum, juga informasi-informasi apa yang masyarakat perlukan, kita sampaikan kepada beliau sebagai anggota legislatif DPR RI, beliau selalu memberikan perhatian yang konkret, misalnya kemarin beasiswa itu bukan hanya untuk Muslim, Kristen di sini banyak,” jelas dia.
Tidak hanya sebatas itu, Ahmad Ali juga disebutnya sering mambantu para petani di sana. Dia membantu tanpa melihat latar belakang, bahkan tidak mengenal siapa orang yang dibantu.
Damanik menceritakan soal sosok Ahmad Ali usai ia dikunjungi di kediamannya di Tentena, Kabupaten Poso, oleh pria yang saat ini jadi bakal calon gubernur pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Sulawesi Tengah (Sulteng) 27 November mendatang.
Dengan melihat latar belakang dan semua yang telah dikerjakan Ahmad Ali ketika menjabat sebagai Anggota DPR RI dua periode, Rinaldy Damanik yakin Ahmad Ali yang berpasangan dengan Abdul Karim Aljufri bisa menjadi pemimpin yang akan mensejahterakan masyarakat Sulawesi Tengah.
“Ya kalau ditanya beliau ini layak atau tidak jadi gubernur, bagi saya belaiu itu layak sekali jadi pemimpin untuk daerah,” tegasnya.
Dia menilai kemampuan berkomunikasi Ahmad Ali dengan semua pihak bakal jadi modal yang sangat berpengaruh jika diberi kesempatan memimpin Sulteng. Dia menyebut banyak tokoh, termasuk kepala daerah yang sangat sulit diajak berdiskusi oleh masyarakat.
Hal-hal seperti itu, bagia Damanik, akan membuat masyarakat semakin dekat dengan pemimpin, sebab bisa menyampaikan langsung aspirasi mereka.
Selain itu, sikap toleransi Ahmad Ali diyakini bakal membuat daerah ini semakin aman. Hal yang kerap disampaikan Ahmad Ali adalah mengingatkan agar setiap kelompok mayoritas di suatu daerah selalu melindungi kaum minoritas.
Ia juga selalu mendorong agar semua kelompok umat beragama berbicara terbuka soal toleransi, tidak ada lagi kelompok yang enggan berbicara hanya karena takut teriintimidasi.
Hal lain yang menarik terkait sosok Ahmad Ali bagi Damanik adalah keberaniannya. Dia menilai Ahmad Ali adalah figur yang berani, sehingga pantas jika dijadikan teladan dan pemimpin daerah.
“Salah satu momen waktu itu ketika terjadi bom Tentena. Beliau berani datang ke sini tanpa pengawalan, karena keyakinannya bahwa dengan pertemuan di aliansi semuanya akan beres. Nanti setelah beliau datang baru berani pejabat lain datang waktu itu. Saya juga heran, waktu itu saya bilang ‘anda berani sekali’, (lalu kata Ahmad Ali) kita ini tulus dalam aliansi, dia merasa bahwa dengan modal ketulusan itu tidak akan terjadi apa-apa,” kenang Damanik. *