Politik

Sulteng Butuh Pemikiran Radikal Kepemimpinan

65
×

Sulteng Butuh Pemikiran Radikal Kepemimpinan

Sebarkan artikel ini
Ahmad Ali di tengah masyarakat dalam Konser Beramal di Desa O'o Parese, Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi, Kamis (25/7/2024) malam. (Foto: AMC)

PALU – Siapa bakal calon kepala daerah yang akan dipilih masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) tak hentinya jadi perbincangan di media sosial hingga warung kopi di daerah itu.

Mulai dari dukungan partai politik sampai figur yang bakal diusung parpol tak lepas jadi topik pembahasan. Sorotan juga mulai mengarah ke ide, pemikiran dan gagasan calon gubernur yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk visi misi.

Dua sosok bakal calon gubernur yang sedang melakukan safari politik ke pelosok-pelosok daerah di Sulawesi Tengah, yakni pasangan Anwar Hafid-Reny Lamadjido dengan tagline ‘BERANI’ dan Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufrie dengan tagline ‘BERAMAL’ tak lepas dari perbincangan.

Anggota DPRD Donggala periode 2004-2009, Irwan Dumalang, cenderung menyoroti sepak terjang gaya safari poltik yang dimainkan Ahmad Ali. Katanya, ada pesimisme dari janji politik yang disampaikan Ahmad Ali kepada masyarakat, jika nanti diberi amanah sebagai gubernur.

Irwan Dumalang

Tapi di balik pesimisme itulah akan lahir harapan besar yang selama ini dinantikan masyarakat sulawesi tengah.

“Kenapa kita tidak coba. Ahmad Ali agak berbeda dan agak lain dengan kandidat lain. Dengan ‘harapan baru’ bisa menjawab kegelisahan kebanyakan masyarakat Sulawesi Tengah,” kata Irwan terkait sosok Ahmad Ali, Rabu (7/8/2024).

Lanjut politisi PKB Sulteng ini, sosok Ahmad Ali selalu berpikir “out of the box” jika dilihat dari gagasan eksekusinya bila diberi amanah memimpin Sulteng.

Bagi Irwan, tidak sulit membaca arah pikiran Ahmad Ali yang mau memajukan daerah ini. Ahmad Ali disebut mampu membaca pengalaman gubernur sebelumnya.

“Selama ini Gubernur Sulteng masih menjalankan kepemimpinan sebagai kepala pemerintahan sebagai perwakilan pemerintah pusat. Masih pilot otomatis. Belum bisa menjalankan kapasitas sebagai kepala daerah atau pemerintah gubernur yang berani membuat kebijakan dengan diskresi yang tidak melanggar aturan. Dan Ahmad Ali terbaca bisa melakukan itu,” tekan Irwan.

Dia melanjutkan, Sulawesi Tengah selanjutnya butuh pemikiran radikal tentang kepemimpinan. Longky Djanggola dua periode gubernur misalnya, sukses menjalankan pemerintahan serta pelayanan publik dengan baik. Tapi itu rutinitas yang siapa saja menjabat sebagai gubernur, menurut dia, bisa sukses menjalankannya.

Gubernur berikutnya diharap dapat menonjolkan dirinya sebagai gubernur yang tidak hanya bernyali, namun mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

“Silahkan kita pesimis mendengar dan membaca pikiran Ahmad Ali di mana-mana dia sampaikan. Tapi kita bisa beri kesempatan untuk membuktikannya ketika dia menjadi gubernur. Banyak orang melihat Ahmad Ali modal padat, tapi dia bisa salah dan rusak jika salah pakai dana sendiri untuk kepentingan,” jelas Irwan mengungkap kritik dari beberapa kalangan soal sosok Ahmad Ali.

Terpisah, mantan Kepala Perwakilan Ombudsman Sulawesi Tengah Sofyan Farid Lembah mengatakan, gubernur Sulteng ke depan bisa meniru keterbukaan mantan Gubernur Paliudju. Menerima saran dan pemikiran para cendekiawan untuk dijadikan pertimbangan dalam membuat kebijakan.

Sofyan Farid Lembah

Sofyan mencontohkan, Paliudju punya program Gerakan Membangun Desa. Program itu didiskusikan melibatkan para cendekiawan, sehingga bisa masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) provinsi.

Selain itu, Sofyan juga menyampaikan beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Ahmad Ali jika diberi amanah oleh masyarakat untuk jadi pemimpin Sulawesi Tengah mendatang.

“Budaya disiplin kerja harus menjadi perhatian Ahmad Ali jika diberi amanah sebagai Gubernur Sulteng 2024 mendatang,” tandasnya. *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *