BALUT – Hasna (32 tahun), mengeluh karena bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usaha nelayan di kampungnya tak kunjung datang. Padahal, dia mengaku sudah berulang kali didata oleh sejumlah pihak untuk mendapatkan bantuan perikanan dari pemerintah.
“Kita butuh bantuan untuk tingkatkan ekonomi, kita butuh karamba yang bagus (untuk budidaya ikan). Selama ini kita cuma didata saja, tapi tidak ada juga (bantuan yang terealisasi,” ungkap Hasna yang tengah duduk di atas karamba bersama seorang anak laki-laki yang sedang membersihkan beberapa ikan segar, Minggu (14/7/2024).
Hasna merupakan seorang ibu rumah tangga di Desa Tinakin Laut, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut.
Ia bergantung hidup pada suami yang bekerja sebagai nelayan. Sayangnya, hasil tangkapan ikan sebagai nelayan hanya bisa dinikmati untuk kehidupan sehari-hari.
Meskipun hasil tangkapan nelayan sedang banyak, namun harga jual yang didapatkan tetap saja tidak mampu mendongkrak ekonomi masyarakat untuk lebih sejahtera. Pasalnya, ketika hasil tangkapan nelayan di sana melimpah, mereka justru kesulitan untuk memasarkan ikan hasil tangkapan.
“Kalau lagi banjir ikan biasa kita mau kasih ke pabrik tidak diterima, di pasar juga banyak ikan. Jadi kita juga kalau ikan banjir murah sekali jualnya, kadang kita kasih-kasih ke tetangga saja,” tandasnya.
Olehnya, ia berharap ke depan ada industri besar yang bisa menampung seluruh ikan hasil tangkapan nelayan, sehingga mereka tidak lagi kesulitan untuk memasarkan.
“Kalau boleh, ada pabrik lagi supaya ibu-ibu juga tidak susah mau buang ikan ke mana,” kata Hasna.
Sementara itu, bakal calon gubernur Sulawesi Tengah Ahmad Ali yang sedang melakukan safari politiknya di wilayah Kabupaten Banggai Laut meyakini nelayan di daerah ini bisa menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi, jika pemerintah mendukung dengan menyiapkan fasilitas dan jaminan kesejahteraan bagi nelayan.
Ahmad Ali menyempatkan diri blusukan dan menyapa sejumlah masyarakat nelayan di Desa Tinakin Laut, sebelum melakukan pertemuan dengan masyarakat di Desa Lokotoy, Kecamatan Banggai Utara dan masyarakat di Desa Dodung, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut.
“Selama ini nelayan dipandang sebagai profesi yang tidak menjanjikan karena pemerintah tidak hadir untuk melindungi dan menjamin para nelayan,” katanya.
Ia berkeyakinan dengan menghadirkan industri-industri perikanan, khususnya di Banggai Laut, para nelayan akan hidup lebih sejahtera. Sebab mereka tidak lagi kesulitan memasarkan hasil tangkapan, dan harga tidak dapat dikendalikan oleh tengkulak.
“Saya harus memberikan perlindungan penuh kepada masyarakat Sulawesi Tengah, kepada para nelayan. Saya mau ke depan hadir industri perikanan di Banggai Laut. Saya ingin ikan dari Banggai laut langsung terbang ke IKN (Ibu Kota Nusantara) dengan didukung infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah,” kata Ahmad Ali.
Dia tidak ingin hasil tangkapan nelayan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tapi juga meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Kita ingin melengkapi alat tangkap yang memenuhi standar modern. Tidak boleh lagi ada tengkulak yang mempermainkan nelayan, nanti semua hasil tangkapannya tidak ada lagi yang dibuang, kita akan bangun pabrik-pabrik es di Banggai Laut. Tapi butuh kolaborasi antara pemerintah kabupaten dan provinsi untuk menjalankan semua program itu. Saya merindukan masyarakat di sini jadi nelayan modern, ada industri perikanan dan pengalengan,” tandasnya.
Dengan menjadikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai bapak angkat para nelayan, ia yakin potensi perikanan di Sulawesi Tengah, khususnya di Banggai Laut akan lebih baik dan dapat mensejahterakan para nelayan. *