JAKARTA – Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Morowali Utara (Morut) Wahyu Hidayat Sudirman (WHS) menemui Wakil Menteri (Wamen) Kementerian Komunikasi dan Informatika Nezar Patria untuk menyampaikan permasalahan sinyal telekomunikasi di daerahnya.
Wahyu Hidayat Sudirman menyebutkan pertemuan tersebut berlangsung di Gedung Kementerian Kominfo, Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (22/2/2024).
“Mewakili DPRD dan masyarakat Morowali Utara, kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan apresiasi kepada Wamen Kominfo bapak Nezar Patria yang berkenan memberikan waktu silaturahmi dan audiensi bersama kami,” kata Wahyu Hidayat dalam pertemuan itu.
Wahyu Hidayat menyebutkan silahturahmi tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk daerah Morut yang kini masuk dalam daftar kabupaten 3T. Daerah ini mengalami keterbatasan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur ekonomi, termasuk masalah infrastruktur sinyal yang masih lemah.
Wahyu Hidayat berharap kunjungan langsung ke Kementerian Kominfo ini akan menjadi dorongan untuk kemajuan daerah itu menuju arah yang lebih baik. Ia berharap agar Kabupaten Morut dapat mengikuti jejak daerah-daerah maju lainnya di Indonesia.
“Kami menganggap kehadiran Wamen Kominfo dalam pertemuan ini sebagai langkah penting dalam mendukung upaya perjuangan bagi Kabupaten Morowali Utara. Semoga dengan kerjasama yang baik, daerah kami dapat mencapai kemajuan yang diinginkan,” sebut Ketua DPD NasDem Morut itu.
Sebelumnya diberitakan, Wahyu Hidayat menyebutkan permasalahan sinyal telekomunikasi di wilayah Morut masih menjadi pekerjaan yang harus dituntaskan bersama.
“Jika diabaikan maka persoalan ini akan terus menyulitkan masyakarat dalam berkomunikasi dan mengakses informasi,” kata Wakil Ketua I DPRD Morowali Utara Wahyu Hidayat Sudirman (WHS) di Kolonodale, Sabtu (10/2/2024).
Menurut dia, meskipun upaya telah dilakukan melalui program Bakti dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, namun masih terdapat tantangan dalam meningkatkan kualitas sinyal, terutama di daerah-daerah yang dikenal sebagai blankspot telekomunikasi.
“Pekan kemarin saya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kominfo Sulteng untuk mencari solusi agar penyelesaian masalah sinyal telekomunikasi ini bisa diprioritaskan. Nanti menunggu lagi data-data yang dibutuhkan dari Kominfo Morut,” jelas Wahyu Hidayat.
Ia berharap di tahun ini masalah lemahnya sinyal telekomunikasi ini bisa segera diatasi. Sebab dampak dari permasalahan ini sangatlah signifikan. Masyarakat menjadi terbatas dalam mengakses layanan penting seperti telepon, internet, dan pesan teks.
Menurut dia hal ini tidak hanya berdampak pada komunikasi personal, tetapi juga pada aspek sosial, ekonomi, dan pendidikan. Akses yang terbatas terhadap informasi dan teknologi juga dapat menjadi hambatan dalam pengembangan potensi ekonomi lokal serta pendidikan masyarakat.
Oleh karena itu, Wahyu menilai diperlukan upaya serius dan komprehensif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, operator telekomunikasi, dan masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan ini.
Upaya peningkatan infrastruktur telekomunikasi, investasi dalam teknologi yang lebih canggih, serta pemberdayaan masyarakat dalam mengelola dan memelihara infrastruktur telekomunikasi lokal dapat menjadi langkah-langkah yang efektif dalam meningkatkan akses komunikasi dan mengatasi permasalahan sinyal telekomunikasi di Morowali Utara.
Dengan adanya upaya yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan bahwa masalah sinyal telekomunikasi di Morowali Utara dapat segera diatasi, dan masyarakat dapat menikmati manfaat dari akses komunikasi yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan wilayah secara keseluruhan.
“Saya berharap pihak Kominfo Morut bisa segera memberikan data-data yang dibutuhkan agar masalah ini segera teratasi,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Diskominfo Morut Ivan Mareoli menyebutkan salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah sinyal yang lemah di daerah blankspot.
Meskipun telah tercover oleh program Bakti, namun sinyal yang diterima masih mengalami kelemahan, menghambat akses masyarakat untuk melakukan komunikasi dan mengakses informasi dengan lancar.
Hal ini tentu menjadi kendala serius dalam era digital saat ini, di mana komunikasi dan akses informasi merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.
“Pada dasarnya daerah blankspot di Morowali Utara sudah ter-cover dengan adanya program Bakti dari Kemenkominfo, cuma sinyalnya lemah,” jelasnya.
Tidak hanya itu, masih terdapat beberapa desa di Morowali Utara yang, meskipun bukan termasuk dalam kategori blankspot, namun mengalami masalah dengan kualitas sinyal yang kurang memadai.
Contohnya di Desa Uemasi dan Ueruru di Kecamatan Bungku Utara, serta Desa Togo di Kecamatan Petasia Barat. Meskipun telah mendapatkan sinyal, namun kualitasnya masih jauh dari optimal, menyulitkan masyarakat dalam menggunakan layanan telekomunikasi dengan baik.
“Masih ada beberapa desa yang kategori bukan blankspot tapi sudah dapat signal dengan spot-spot tertentu, seperti desa Uemasi, Ueruru, dan desa Togo, tapi sinyal kurang bagus,” katanya.
Ia menambahkan, dalam sebuah Rakornas di Makassar September 2023 lalu, para pemangku kepentingan dari berbagai daerah yang telah mendapatkan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) dari program Bakti menyampaikan usulan penting. Mereka mengusulkan agar kuota bandwidth tiap-tiap BTS ditingkatkan, untuk meningkatkan kualitas sinyal.
“Saat ini, kuota bandwidth yang tersedia hanya sebesar 2 Mbps, sementara menurut para ahli BTS yang turut serta dalam Rakornas, idealnya setiap BTS membutuhkan minimal 100 Mbps untuk dapat memberikan sinyal yang optimal,” sebut Ivan. ***