MORUT – Proyek pembangunan jembatan Koronjaya di Dusun I Desa Peleru, Kecamatan Mori Utara, Kabupaten Morowali Utara (Morut) tak selesai setelah dua kali perpanjangan waktu kerja. Proyek senilai Rp1 miliar ini dimenangkan CV Sovindo Prima Konstruksi sejak September 2024.
Rapda T. Tobigo, Pejabat Penandatangan Kontrak (PPK) Dinas PUPRPKPD Morut mengkonfirmasi bahwa kontrak pembangunan jembatan Koronjaya Peleru berakhir pada Maret 2025.
“Perpanjangan waktu proyek jembatan Koronjaya diberikan hingga akhir Maret 2024, namun pelaksanaannya belum juga rampung,” kata Rapda Tobigo dihubungi wartawan, Rabu (2/4/2025).
Menurut Rapda, saat ini progres fisik proyek tersebut mencapai 50 persen. Tiga alasan yang menghambat pembangunan jembatan, masalah lahan, tenaga kerja, dan kendala banjir.
Dia bilang, kendala lahan terjadi di awal jalannya proyek, di mana terjadi silang pendapat antara warga pemilik penyulingan Nilam dengan pelaksana proyek.
Saat itu, pemilik penyulingan nilam merasa tersinggung karena pelaksana tidak berpamitan sebelum menempatkan perancah box culvert di jalan menuju penyulingan tersebut.
Meski sudah berkoordinasi dengan kepala desa setmpat namun masalah ini tak kunjung tuntas hingga empat pekan berjalan.
“Penyedia meletakan perancah box culvert di jalan menuju penyulingan nilam yang membuat pemiliknya tersinggung,” jelas Rapda.
Karena tak ada titik temu, Rapda memutuskan untuk memindahkan lokasi proyek tak jauh dari lokasi semula. Pasalnya, musim penghujan hampir tiba.
Selanjutnya, jembatan lama dibongkar dan dibangun jembatan sementara baru di lokasi yang disepakati untuk mempercepat proyek.
“Karena persoalan lahan, kami melakukan adendum pertama pada kontrak kerja agar kontraktor atau penyedia jasa menyelesaikan kewajibannya,” imbuh Rapda.
Proyek Jembatan Koronjaya Baru 50 Persen
Proyek konstruksi ini akhirnya tetap kehabisan waktu dan mendapatkan perpanjangan waktu pelaksanaan 50 hari kalender pada ademdum kedua.
Masalah lain muncul setelah Rapda mengundang penyedia, selain persoalan lahan, tenaga kerja juga jadi penghambat tersendatnya proyek APBD 2024 ini.
“Karena kurangnya tenaga kerja lokal, maka tidak ada jalan lain, penyedia akhirnya merekrut pekerja dari wilayah Sigi,” ujarnya.
Masih menurut Rapda, dalam proses pengerjaan, beberapa kali banjir merusak mal (cetakan beton). Pengecoran dilanjutkan setelah memperbaiki kerusakan.
“Pekerjaan difokuskan pada titik-titik dengan ketinggian air maksimal untuk memastikan struktur tahan banjir,” katanya.
Baca juga: Jatam Sulteng Desak Reklamasi Tambang Nikel di Morowali dan Morowali Utara
Meski telah mendapatkan waktu pelaksanaan pekerjaan yang cukup panjang, namun CV Sovindo Prima Konstruksi tak juga mampu merampung proyek ini.
Rapda menyebut pihaknya akan kembali mengundang penyedia untuk melakukan evaluasi apakah masih memberikan perpanjangan waktu tambahan atau tidak.
“Rapat direncanakan pada hari Selasa 8 Maret 2025 untuk memastikan komitmen kontraktor menyelesaikan proyek ini,” tandasnya.
Terkait anggaran proyek, Rapda memastikan CV Sovindo Prima Konstruksi baru menerima 30 persen pembayaran awal.
“Dari progres 50 persen pekerjaan, CV Sovindo Prima Konstruksi baru menerima uang muka 30 persen dari pagu anggaran,” tukasnya.
Ia menambahkan, mandeknya proyek jembatan Koronjaya juga mendapat atensi dari Unit Tipikor Polres Morut.
“Karena persoalan ini saya juga sudah dipanggil Polres Morut,” sebut Rapda.
Kontrak Proyek Sejak September 2024
Dihubungi terpisah, Ais, pelaksana proyek jembatan Koronjaya Peleru mengatakan pembangunan jembatan tidak bisa dilaksanakan karena persoalan lahan.
Menurut Ais, karena tidak ada penyelesaian oleh pihak pemerintah desa setempat degan pemilik lokasi, titik nol proyek terpaksa dipindahkan atau digeser ke arah jembatan awal.
“Awal September,” imbuh Ais terkait awal kontrak kerja proyek jembatan Koronjaya diperolehnya.
Ais mengatakan pihaknya kemudian membuat jembatan darurat, walaupun anggarannya tidak dimasukan di dalam kontrak.
“Kemudian selama berjalannya waktu pembuatan jembatan mengalami kendala banjir setiap hujan yang berkepanjangan hingga pada saat ini,” tandasnya.
Baca juga: Arman Marunduh Bawa Misi Gerindra Atasi Genangan Banjir Bunta
Kades Peleru Arman Amrullah menyebut persoalan lahan tersebut membutuhkan waktu lama hingga menghasillkan kesepakatan.
Sementara untuk kualitas jembatan sementara menurut Arman layak dilintasi warga setempat.
Ia juga membenarkan kondisi sungai yang masih saja dilewati banjir.
“Banjir terus jadi pekerjaan (jembatan Koronjaya) belum bisa dikerjakan,” kata Arman via whatsapp, Kamis (3/4).
Berdasarkan informasi di website LPSE Morowali Utara, pembangunan jembatan Koronjaya Peleru awalnya gagal tender pada 4 Mei 2024.
Tidak diketahui alasan pembatalan tender yang diikuti 14 peserta itu.
Proyek tersebut dilelang ulang pada 29 Mei 2024. CV Sovindo Prima Konstruksi yang tidak ikut menawar pada lelang pertama ditetapkan sebagai pemenang pada tender ini dengan nilai penawaran Rp927 juta lebih. (ham)